A.
Konsep
Lingkungan sekolah
Lingkungan Sekolah yang kondusif sangat diperlukan
agar tercipta proses pembelajaran yang bermutu. Pemberian pengetahuan dan
pembentukan kesadaran tentang perilaku hidup bersih dan sehat dirasa sangat
efektif ketika dilakukan pada siswa sejak di bangku sekolah dasar.Diharapkan
ketika berada di luar lingkungan sekolah, mampu menerapkan
hidup bersih dan sehat seperti saat di sekolahnya.[1]
Tentu kita harus mengetahui bahwa sanya lingkungan
sekolah dan budaya pendidikansekolah. Tatkala berbicara lingkunga sekolah ini
merupaka diluar dari budaya pembelajaran yang merupakan faktor ekternal yang
akan membangun budaya yang baik pula.
Sehingga jika lingkungan hidup disekolah kita bangun
denga susana yang alami, islami dan ilmiah, ini tentunya yang akan membangun
budaya jujur, kompak, ramah, cinta kakan ilmu disebuah sekolah yang disana melakuakn proses transper nilai,
sikap, dan perbuatan yang akan diberikan kepada peseta didik. Ini sangat berbea
dengan sebuah perusahan yang disana sudah yang yang lebih dibangun dalah budaya
kerja yang efektif bagi kariawan dan atasan.
Sehingga standar
pengelolaan PLH disekolah pada
pendidikan dasar dan menengah pada hakekatnya belum ada. Hal ini dapat
diketahui berdasarkan hasil observasi langsung pada sekolah, implementasi PLH
di sekolah dapat dibuat untuk membentuk pola pengembangan PLH pada pendidikan
dasar dan menengah dalam mewujudkan sekolah berbudaya lingkungan. Hal ini dapat
dilakukan melalui upaya-upaya sebagai berikut berikut:[2]
Adanya Manajemen PLH di
Sekolah
Manajemen PLH di sekolah dapat dilakukan dengan mengacu pada prinsip dan elemen ISO 14.001 yang meliputi Plan, Do, Check, dan Action. Hal ini juga sejalan dengan peningkatan pengelolaan sekolah (School Based Manajemen) dalam meningkatkan mutu pengelolaan sekolah secara mandiri. Sedangkan prinsip dan elemen pelaksanaan pengelolaan PLH di sekolah dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
1.
Kebijakan PLH
di sekolah
Menurut
SML – ISO 14001, kebijakan lingkungan adalah pernyataan oleh organisasi tentang
keinginan dan prinsip-prinsipnya berkaitan dengan kinerja lingkungan secara
keseluruhan yang memberikan kerangka untuk tindakan dan untuk penentuan sasaran
dan target (objectives and targets). Menejemen puncak, dalam hal ini kepala
sekolah, menetapkan kebijakan pendidikan lingkungan hidup sekolah, struktur dan
tanggung jawab.
2.
Perencanaan
(plan)
Dalam
melakukan perencanaan pengelolaan lingkungan di sekolah diperlukan identifikasi
aspek lingkungan, identifikasi peraturan perundang-undangan, penetapan tujuan
dan sasaran lingkungan sekolah serta penetapan program lingkungan untuk
pencapaiannya.
3.
Pelaksanaan
(do)
Untuk
menerapkan (do) PLH pada sistem ini, organisasi mengembangkan kemampuan dan
mekanisme yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan, dan sasaran PLH di
sekolah. Mekanisme prinsip penerapan yang dibangun seperti disyaratkan, terdiri
dari tujuh elemen, yaitu: (1) struktur dan tanggungjawab; (2) pelatihan,
kepedulian dan kompetensi, (3) komunikasi; (4) dokumentasi dan pengendaliannya;
(5) kesiagaan dan tanggap darurat.
4.
Pemeriksaan
dan Tindakan Perbaikan
Pemeriksaan
dan tindakan koreksi dilaksanakan oleh organisasi untuk mengukur, memantau dan
mengevaluasi kinerja lingkungan sekolah. Prinsip pemeriksaan dan tindakan
koreksi terdiri dari empat elemen, yaitu: pemantauan dan pengukuran,
ketidaksesuaian, tindakan koreksi/pencegahan, rekaman, dan audit SML.
5.
Tinjauan Ulang
Manajemen
Hasil
dari proses pemeriksaan dan tindakan koreksi tersebut dijadikan masukan bagi
manajemen dalam menerapkan prinsip pengkajian dan penyempurnaan, yaitu berupa
kajian ulang manajemen yang dilaksanakan organisasi setiap enam bulan/ satu
tahun sekali, atau bila dianggap perlu.
Adanya Kinerja PLH di Sekolah
Kinerja
Pendidikan Lingkungan Hidup di sekolah dapat diukur melalui pengintegrasian
materi lingkungan hidup dalam kegiatan:
1.
Kurikulum
Pengintegrasian PLH dalam kegiatan kurikuler mempunyai
arti bahwa PLH tidak merupakan suatu mata pelajaran/bidang keahlian baru tetapi
materi lingkungan hidup terintegrasi ke dalam mata pelajaran atau program yang
relevan atau sesuai. Cara mengintegrasikan PLH dalam kegiatan kurikuler dimulai
dari menganalisis kemampuan/sub kemampuan setiap bidang keahlian/program
keahlian sampai menghasilkan suatu materi kejuruan yang berkaitan dengan materi
lingkungan hidup. Kegiatan ini dilakukan agar siswa mempunyai kompetensi atau
sikap profesional sesuai bidang keahlian yang dimilikinya dan sejalan dengan
tuntutan pembangunan yang berkelanjutan.
2.
Ekstrakurikuler
Kegiatan
ekstrakurikuler seperti 7 K yang mencakup keamanan, ketertiban, kebersihan,
keindahan, kekeluargaan, kerindangan, dan kesehatan merupakan suatu wadah yang
dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan materi lingkungan kepada siswa dalam
kegiatan konkret. Kegiatan konkret tersebut dapat dilakukan pada perayaan hari
internasional, nasional, dan lokal dengan membahas masalah lingkungan global,
nasional dan lokal yang sedang terjadi, gerakan kebersihan lingkungan sekolah,
pasar, perumahan, gerakan penggunaan sepeda, jalan kaki, bus umum, lomba karya
ilmia, kampanye lingkungan, dan lain sebagainya sesuai kebutuhan dan kondisi
lingkungan sekolah dan masyarakat. Pelaksanaan pengintegrasian materi
lingkungan hidup pada kegiatan ektrakurikuler dapat memilih metode dan media
sesuai dengan kondisi lapangan. Kegiatan ini diarahkan untuk membentuk sikap
dan perilaku siswa dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.
3.
Penampilan
Sekolah
Dalam
mewujudkan sekolah berbudaya lingkungan (sekolah yang menanamkan nilai-nilai
lingkungan hidup kepada seluruh warga dan masyarakat sekitarnya) dapat
dikembangkan untuk mengantisipasi berbagai macam persoalan lingkungan,
khususnya kegiatan yang memiliki dampak atau akibat aktivitas kegiatan belajar
mengajar yang ada di sekolah. Penampilan
sekolah berbudaya lingkungan secara umum dapat dinilai dari adanya : 1)
Penerapan hemat energi 2) Manajemen/ pengelolaan pemisahan sampah 3)
Pengelolaan air bersih dan kotor 4) Pengelolaan emisi/ gas buang 5) Penghijauan
6) dll.
4.
Sikap dan
perilaku warga sekolah
Sikap
dan perilaku warga sekolah terhadap lingkungan hidup merupakan nilai yang
paling penting dalam mewujudkan Sekolah Berbudaya Lingkungan. Pelaksanaan PLH
disekolah mempunyai sasaran meningkatkan kepedulian seluruh warga sekolah
(kepala dan wakil sekolah, tenaga administrasi, guru, dan siswa) terhadap
lingkungan. Standar penilaian dapat dibuat sesuai kebutuhan sekolah. Sebagai
contoh untuk menilai sikap dan perilaku siswa dengan kategori baik atau jelek
dapat dilihat dari penampilan kelasnya. Jika kelas siswa kelihatan kotor,
apakah akibat banyak kertas berserakan dan banyak coretan di dinding, kelasnya
dapat dinilai bahwa siswa tersebut belum memiliki kepedulian terhadap
lingkungan. Demikian juga bagi guru, tenaga administrasi, dan kepala sekolah
dapat dinilai dari ruang kerja masing-masing unit. Sedangkan mengukur
keberhasilan (sikap dan perilaku) sekolah dalam mewujudkan SBL dapat dinilai
seluruh unsur (warga) yang ada di sekolah[3]
Dengan
kebijaksanaan yang dilakukan diatas yang akan mejadikan dan membentuk budaya
dalam sekolah yang akan menjadikan keadaan sekolah yang aman, tertib dan
terbangun lingkungan yang tentram. Tatkala kita berbicara budaya dalam sebuah
sekolah tanpa adanya wajah atau tampilan lingkungan sekolah yang bersih dan
nyaman ini bagaimana kita bisa katakan budaya itu dan prilaku siswa tersebut
dapat dikatakan baik. Wajah atau tampilan sekolahlah sebagai salah satu cara
penilaian yang dapat dilakukan terhadap tingkah laku dan budaya sekolah baik
atau jeleknya dalam sekolah tersebut.
Demikian juga tehadap budaya sekolah yang islami. Setelah terbentuknya lingkungan
sekolah yang aman tentram dan tertib ini, yang akan membetuk budaya sekolah
yang kompak, jujur, simpati dan ramah serta berjiwa kerja sama seluruh warga
sekolah. Dalam menunjang dan peningkatan pendidikan sekolah. Maka dapat dikatan
tanpa adanya lingkunya sekolah yang nayaman dan bersih, tertib, serta tentram
maka budaya pendidikan yang nyaman dan baik juga sulit dibentuk dalam sebuah
sekolah karna keadaan lingkungan sekolah
itu sanga mempengaruhi sikap dan tingkah laku warga sekolah.
B. Pengaruh lingkungan terhadap siswa
Berbicara tentang pengaruh lingkungan
sekolah terhadap siswa tentu sangat kuat pengaruh lingkungan terhadap siswa
baik itu nantiakan meningkatkan mutu dan semangat belajar siswa ataupun malah
sebaliknya yang akan menjadikanmurid tidak memeliki semangat dan kemauan dalm
belajar. Oleh karena itu disilah sekolah itu membantuk atau mendesain lingkungan
sekolah membentuk budaya yang alami, ilmiah dan islami. Dan tentunya juga
lingkungan yang aman tertib dan indah. Sehingga peran lingkungan ini terarah
dan menjadi sebagai pendorong dan sebagai alat untuk mempengaruhi murid dalam
mengikuti pembelajaran.
Sehingga lingkungan memberikan stimulasi kepada siswa
untuk berkonsentrasi, menumbuhkan motivasi ataupun menumbuhkan sikap dan daya
bersaing dengan teman-teman sebayanya.
Sehingga lingkungan sekolah juga sangat berpegaruh
terhadap perkembangan anak didik dalam pertumbuhan fisik dan rohaninya.
Dikarnakan waktu yang digunakan seorang
anak didik dalam menujang pendidikan dan mendpatkan ilmu pengetahuan berada
pada sekolah yang dia tempati cukup lama dan melihat contoh yang akan ditiru
dan dijadikan sebagai tauladannya.
Seperti diketahui bahwa kondisi belajar mengajar yang
efekif adalah adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar. Minat belajar
siswa sangat bergantung pada lingkungan belajar. Lingkungan belajar dalam
konteks pendidikan mempunyai peranan penting yang besar dan strategis. Hal ini
disebabkan karena lingkungan adalah tempat interaksi langsung dalam belajar
oleh karena itu disini kami akan memberikan beberapa contoh kondisi lingkungan
belajar yang efektif.
Contoh-contoh kondisi lingkungan belajar anak yang efektif:
1.
Lingkungan
yang menumbuhkan daya saing (kompetitif)
Lingkungan yang menumbukan daya saing (kompetitif)
bagi akan menumbuhkan minat belajar untuk mendapatkan performa (tampilan) yang
terbaik. Dengan adanya daya saing dari lingkungan, anak akan terpicu untuk
belajar lebih giat.
Biasanya, ukuran keberhasilan siswa diambil dari nilai
tertinggi yang ada. Jika nilai tertinggi disekolah tersebut rendah,
dibandingkan dengan nilai di sekolah lain, bisa diartikan bahwa lingkungan
sekolah tersebut kurang kompetitif. Yang menjadi masalahnya adalah, biasanya
guru mengambil nilai berdasarkan rata-rata kelas. Sehingga, siswa yang
terpintar disuatu sekolah belum tentu pintar di sekolah lain. Untuk menyiasati
hal ini, diharapkan kepada guru untuk menumbuhkan jiwa
kompetisi kepada siswanya.
2.
Lingkungan
yang aman, nyaman dan kondusif.
Lingkungan yang aman, nyaman dan kondusif juga sangat
mempengaruhi minat belajar siswa. Bahkan dalam sebuah penelitian, penggunaan
cat dalam lingkungan kelas mempengaruhi minat dan konsentrasi siswa. Lingkungan
yang bebas dari kebisingan, tempat belajar yang baik dan didukung peralatan
yang memadai akan mempengaruhi minat siswa dalam belajar.
3.
Lingkungan
yang memberikan stimulasi dan menumbuhkan kreasi.
Lingkungan yang kaya dengan stimulasi akan menumbuhkan
minat yang besar pada siswa. Dengan besarnya stimulasi dari lingkungan, siswa
akan merespon stimulasi tersebut dengan menciptakan sesuatu yang berbeda.
Lingkungan sekolah yang mempunyai kegiatan ekstrakurikuler yang banyak
misalnya, akan mengeksplorasi minat/bakat siswa sesuai dengan keinginannya.
Jadi minat siswa akan tersalurkan pada kegiatan-kegiatan sekolah yang ada dan
sesuai. Stimulasi yang positif dan banyak dari lingkungan, akan memperkaya
siswa untuk menumbuhkan kreasi yang beragam.[4]
C.
Manajemen
Lingkungan
1.
Tujuan manajemen
lingkungan sekolah
Beberapa manfaat yang bisa diambil
dari upaya pengembangan manajemen sekolah diantaranya :
a. Menjamin kualitas
kerja yang lebih baik
b. Membuka seluruh
jaringan komunikasi dari segala jenis dan level baik komunikasi vertikal maupun
horizontal
c. Lebih terbuka dan transparan
d. Menciptakan kebersamaan dan rasa saling memiliki yang
tinggi
e. Meningkatkan solidaritas dan rasa kekeluargaan
f. Jika menemukan kesalahan akan segera dapat
diperbaiki
g. Dapat beradaptasi dengan baik terhadap perkembangan
IPTEK
2. Prinsip-prinsip
manajemen lingkungan dan budaya sekolah.
Pengetahuan
dan kesopanan para personil sekolah yang disertai dengan kemampuan untuk
memperoleh kepercayaan dari siapa saja akan memberikan kesan yang meyakinkan
bagi orang lain. Dimensi ini menuntut para guru, staf dan kepala sekolah
tarmpil, profesional dan terlatih dalam memainkan perannya memenuhi tuntutan
dan kebutuhan siswa, orang tua dan masyarakat.
Upaya
pengembangan budaya sekolah seharusnya mengacu kepada beberapa prinsip berikut
ini.[5]
a. Berpedoman pada Visi, Misi dan Tujuan Sekolah.
Pengembangan
budaya sekolah harus senantiasa sejalan dengan visi, misi dan tujuan sekolah.
Fungsi visi, misi, dan tujuan sekolah adalah mengarahkan pengembangan budaya
sekolah. Visi tentang keunggulan mutu misalnya, harus disertai dengan
program-program yang nyata mengenai penciptaan budaya sekolah.
b. Penciptaan Komunikasi Formal dan Informal.
Komunikasi merupakan
dasar bagi koordinasi dalam sekolah, termasuk dalam menyampaikan pesan-pesan
pentingnya budaya sekolah. Komunikasi informal sama pentingnya dengan
komunikasi formal. Dengan demikian kedua jalur komunikasi tersebut perlu
digunakan dalam menyampaikan pesan secara efektif dan efisien.
c. Inovatif dan Bersedia Mengambil Resiko.
Salah satu
dimensi budaya organisasi adalah inovasi dan kesediaan mengambil resiko. Setiap
perubahan budaya sekolah menyebabkan adanya resiko yang harus diterima
khususnya bagi para pembaharu. Ketakutan akan resiko menyebabkan kurang
beraninya seorang pemimpin mengambil sikap dan keputusan dalam waktu cepat.[6]
d. Memiliki Strategi yang Jelas.
Pengembangan
budaya sekolah perlu di landasi oleh strategi dan program. Startegi mencakup
cara-cara yang ditempuh sedangkan program menyangkut kegiatan operasional yang
perlu dilakukan. Strategi dan program merupakan dua hal yang selalu berkaitan.
e. Berorientasi pada Kinerja.
Pengembangan
budaya sekolah perlu diarahkan pada sasaran yang dapat diukur. Sasaran yang
dapat diukur akan mempermudah pengukuran capaian kinerja dari suatu sekolah.
f.
Sistem Evaluasi yang
Jelas.
Untuk
mengetahui kinerja pengembangan budaya sekolah perlu dilakukan evaluasi secara
rutin dan bertahap: jangka pendek, sedang, dan jangka panjang. Karena itu perlu
dikembangkan sistem evaluasi terutama dalam hal: kapan evaluasi dilakukan,
siapa yang melakukan dan mekanisme tindak lanjut yang harus dilakukan.
g. Memiliki Komitmen yang Kuat.
Komitmen dari
pimpinan dan warga sekolah sangat menentukan implementasi program-program
pengembangan budaya sekolah. Banyak bukti menunjukkan bahwa komitmen yang lemah
terutama dari pimpinan menyebabkan program-program tidak terlaksana dengan
baik.
h. Keputusan Berdasarkan Kesepakatan
Ciri budaya
organisasi yang positif adalah pengambilan keputusan partisipatif yang berujung
pada pengambilan keputusan bersama. Meskipun hal itu tergantung pada situasi
keputusan, namun pada umumnya kesepakatan dapat meningkatkan komitmen anggota
organisasi dalam melaksanakan keputusan tersebut.[7]
i.
Sistem Imbalan yang
Jelas.
Pengembangan
budaya sekolah hendaknya disertai dengan sistem imbalan meskipun tidak selalu
dalam bentuk barang atau uang. Bentuk lainnya adalah penghargaan atau kredit
poin terutama bagi siswa yang menunjukkan perilaku positif yang sejalan dengan
pengembangan budaya sekolah.
j. Evaluasi Diri
Evaluasi diri
merupakan salah satu alat untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi di
sekolah. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan curah pendapat atau
menggunakan skala penilaian diri. Kepala sekolah dapat mengembangkan metode
penilaian diri yang berguna bagi pengembangan budaya sekolah
Kesimpulan
Berbicara masalah lingkungan tentunya
kita akan sangat bergantung padanya, begitu juga lingkungan sebuah sekolah akan sangat jelas begitu siknifikan pengaruhnya
dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Seiring dengan itu maka adanya
konsep lingkungan sekolah dan manajemen lingkungan sekolah yang akan mendukung
keberhasilan tercapainya tujuan sekolah tersebut.
Oleh karena itu, sekolah haruss
memiliki kebijakan tertentu dalam pengelolaan lingkungannya dari dari penerapan
7 K mulai dari ketertiban, kebersihan, kerapian, keindahan dan yang lainnya
serta mendidik anak didiknya peka terhadap kebersiha sekolah dan pengelolaan
sampah- sampah yang ada di sekolah yang berbentuk organik maupun anorganik.
Dan melakukan rangcangan aksi
manajemen lingkungan dengan menanam bunga dan tanaman yang bagus disekitar
sekolah, membuat taman bunga didepan maupun di sekeliling kelas atau membuat
bunga pot di dalam kelas secukup mungkin.
Daftar Pustaka
http://www.menlh.go.id/ekolabelsml/sml/index.php?option=content&task=view&id=20&Itemid=22
Mei 2006
http://www.pengelolaan+
lingkungan+di+sekolah.com
http://www.wikipedia.com/·diakses
18 Maret 2012.
[1] http://www.menlh.go.id/ekolabel-sml/sml/index.php?option=content&task=view&id=20&Itemid=22
Mei 2006
[2]
http://www.pengelolaan+ lingkungan+di+sekolah.com
[3]
http://www.dqschile.com/futuretense_cs/dqs/files/Grafiken/UMS_Baum_Eng.gif
[4]
http://www.psychologymania.com/2012/04/pengaruh-lingkungan-belajar-terhadap.html
[6] Sudrajat, A.2010. Pengembangan
Budaya Sekolah.http:/www.google.com.diakses 17 Maret 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar