Rabu, 10 Oktober 2012

PENGERTIAN, MANFAAT DAN TUJUAN MANAJEMEN SARANA PRASARANA


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Sekolah merupakan sebuah sistem yang memiliki tujuan. Berkaitan dengan upaya mewujudkan tujuan tersebut, seringkalian masalah dapat muncul. Masalah-masalah itu dapat di kelompokan sesuai dengan tugas-tugas administratif yang menjadi tanggung jawab administrator sekolah, sehingga merupakan substansi tugas-tugas administratif kepala sekolah selaku administrator. Di antaranya adalah tugas yang di kelompokan menjadi substansi perlengkapan sekolah.[1]
Sarana dan Prasarana sekolah merupakan salah satu faktor penunjang dalam pencapaian keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah. Tentunya hal tersebut dapat dicapai apabila ketersedian sarana dan prasarana yang memadai disertai dengan pengelolaan dan pemanfaatan secara optimal.[2]
           Untuk mewujudkan dan mengatur hal tersebut pemerintah melalui PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar nasional Pendidikan, pasal 1 ayat (8) mengemukakan standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat olah raga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berekreasi dan berkreasi, serta sumber belajar lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
Pada Bab VII Pasal 42 dengan tegas disebutkan bahwa; (1) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. (2)Sarana dan prasarana pendidikan juga menjadi salah satu tolok ukur dari mutu sekolah. Tetapi fakta dilapangan banyak ditemukan sarana dan prasarana yang tidak dioptimalkan dan dikelola dengan baik  Untuk itu diperlukan pemahaman dan pengaplikasian manajemen sarana dan prasarana pendidikan persekolahan berbasis sekolah. Bagi pengambil kebijakan di sekolah pemahaman tentang sarana dan prasarana akan membantu memperluas wawasan tentang bagaimana ia dapat berperan dalam merencanakan, menggunakan dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang ada sehingga dapat dimanfaatkan dengan optimal guna mencapai tujuan pendidikan.[3]
Manajemen sekolah dikatakan efektif dan efesien adalah terpenuhinya komponen komponen yang menunjang pengoptimalan belajar menganjar dalam sebuah sekolah. Yang mana, sarana prasarana sekolah yang salah satu dalam komponen tersebut tentunya sebagai kepala sekolah yang merupakan  menejer dalam  sekolah memperperhatikan secara maksimal dalam memenuhi sarana prasarana sekolah yang di kelolanya.
B.      Rumusan masalah
1.      Pengertian manajemen sarana prasarana.
2.      Manfaat manajemen sarana prasarana.
3.      Tujuan manajemen sarana prasarana.

BAB II
PEMBAHASAN
A.            Pengertian Manajemen Sarana dan prasarana
            Manajemen berasal dari kata To Manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dan fungsi-fungsi manajemen itu. G.R. Terry menyatakan bahwa manajemen adalah satu proses yang khas yang terdiri dari tindakan tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber Lainnya. Jadi manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan Ada kaitan yang erat antara organisasi, administrasi dan manajemen. Administrasi dan manajemen tidak dapat dipisahkan dan harus merupakan suatu kesatuan, hanya saja kegiatannya yang dapat dibedakan sesuai dengan perbedaan kedua wawasan. Administrasi lebih sempit dari manajemen, dalam administrasi tercakup dalam manajemen. Secara spesifik administrasi merupakan satu bidang dari manajemen sebab manajemen terdiri dari enam bidang, yakni production, marketing, financial, personal, human relation dan administrative management.[4]
Disisi lain manajemen sering dikatakan sebagai ilmu, kiat, dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu oleh Luther Gulick karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang penegetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama. Dikatakan sebagai kiat oleh Follet karena manajemen mencapai sasaran melaui cara-cara dengan mengatur orang lain menjalankan dalam tugas. Dipandang sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer dan para profesional dituntun oleh suatu kode etik (Fattah, 2003: 1).[5]
 Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususunya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta alat-alat dan media pengajaran.
Adapun yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman, sekolah islam, jalan menuju sekolah islam, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman sekolah islamuntuk pengajaran biologi, halaman sekolah islam, sebagai sekaligus lapangan olah raga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan (Mulyasa, 2007: 49)

Menurut (buku) pedoman penjaminan mutu akademik Universitas Indonesia, prasarana pendidikan adalah perangkat penunjang utama suatu proses atau usaha pendidikan agar tujuan pendidikan tercapai. Sedangkan sarana pendidikan adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat/media dalam mencapai maksud atau tujuan.[6]
Sedangkan menurut rumusan Tim Penyusun Pedoman Pembukuan Media Pendidikan Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, yang dimaksud dengan ”sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dan berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efesien”. Arti sarana seringkali disamakan dengan kata fasilitas. Lebih luas fasilitas diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat memudahkan dan melancarkan pelaksanaan sesuatu usaha. Usaha ini dapat berupa benda-benda maupun uang. Jadi dalam hal ini fasilitas dapat disamakan dengan sarana. jadi manajemen sarana dan prasarana adalah segenap proses penataan yang bersangkutan dengan pengadaan, pendayagunaan dan pengelolaan sarana pendidikan agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan secar efektif.[7]
B.            Manfaat manajemen sarana prasarana
1.      Menyiapkan data dan informasi dalam rangka menentukan dan menyusun rencana kebutuhan barang.
2.      Memberikan data dan informasi untuk dijadikan bahan atau pedoman dalam pengarahan pengadaan barang
3.      Memberikan data dan informasi untuk deijadikan bahan atau pedoman dalam penyaluran barang
4.      Memberikan data dan informasi dalam menetukan keadaan barang (tua, rusak atau kebih) sebagai dasar sebagai dasar ditambah atau dikuranginya barang
5.      Memberikan data dan informasi dalam rangka memudahkan pengawasan dan pengendalian barang
6.      Memberikan data dan imformasi dalam rangka pengontrolan dan pengevaluasian saran prasarana dalam sebah lembaga tersebut.


C.            Tujuan manajemen sarana prasarana
         Secara umum, tujuan manajemen sarana dan prasarana pendidikan adalah memberikan pelayanan secara professional di bidang sarana dan prasarana pendidikan dalam rangka terselenggaranya proses pendidikan secara efektif dan efisien (Bafadol 2003)[8]. Secara rinci, tujuannya adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengupayakan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan melalui sistem perencanaan dan pengadaan yang hati-hati dan seksama. Dengan perkataan ini, melalui manajemen sarana dan prasarana pendidikan diharapkan semua perlengkapan yang didapatkan oleh sekolah adalah sarana dan prasarana yang berkualitas tinggi, sesuai dengan kebutuhan sekolah, dan dengan dana yang efisien.
2.      Untuk mengupayakan pemakaian sarana dan prasarana secara tepat dan efisien.
3.      Untuk mengupayakan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah, sehingga keberadaannya selalu dalam kondisi siap pakai dalam setiap diperlukan oleh semua personel sekolah
Manajemen sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat menciptakan sekolah/ sekolah  yang bersih, rapi, indah, sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun untuk murid dan masyarakat  yang berada di sekolah .
Di samping itu juga diharapkan tersedianya alat-alat fasilitas belajar yang memadai secara kuantitatif, kualitatif, dan relevan dengan kebutuhan serta dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan proses pendidikan dan pengajaran, baik oleh guru sebagai pengajar maupun murid-murid sebagai pelajar.








BAB III
KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat dimpulkan bahwa:
1.      Manajemen sarana dan prasarana adalah segenap proses penataan yang bersangkutan dengan pengadaan, pendayagunaan dan pengelolaan sarana pendidikan agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan secar efektif.
2.      Tujuan manajemen sarana dan prasarana pendidikan adalah memberikan pelayanan secara professional di bidang sarana dan prasarana pendidikan dalam rangka terselenggaranya proses pendidikan secara efektif dan efisien.
3.      Mempermudah pengelola sekolah dalam merencanakan dan pengadaan serta pengevaluasian sarana prasaran dalam meningkatkan kualitas pelayanan sekolah kepada masyarkat, guru dan murid khususnya.



DAFTAR PUSTAKA

1.      Burhanuddin. H dan Maisyaroh. 2003.  Manajemen Pendidikan. Malang:
3.      Bafadal Ibrahim. 2004. Manajemen Perlengkapan Sekolah. PT BUMIKARSA. Jakarta.
4.      TIM. 2003. Sarana dan Prasarana Tunjang Kualitas Pendidikan. Jakarta. © Harian Sinar Harapan.




[1] Bafadal Ibrahim. 2004. Manajemen Perlengkapan Sekolah. PT BUMIKARSA. Jakarta.  lihat               (http://antoniusmakas.blogspot.com/2009/09/manajemen-sarana-prasarana.html)
[3] Ibid

Rabu, 19 September 2012

ALAM NAN INDAH INI

Bismillah ,,,!!
Alam begitu indah ,,, !!
Begitu banyak manusia yang terlena akan keindahan nya !!
Dia asri ,, sejuk dan menyenangkan hati ,, walau pun kita belum tentu merasakan semua kindahannya. Satu hal yang perlu kita tanamkan dala benak dan pikiran kita bahwa keindahan alam ini tidak akan abadi sebagaimana ke indahan akhirat yang kekal abadi dan tiada kenikmatan di dunia ini yang menandinginya.

Seperti kuntum bunga yang begitu indah ini ,,,.,,
   memang dia akan begitu menarik dan mempesona semua orang ,,  tapi tatkala ,, lama bertambah lama tatkala bunga nan indahnya mulai pergi meninggalkan batangnya maka tiada lagi keindahan padanya dan semua orang akan melirik yang lain sebagai penggantinya,,
Begitu pula kehidupan yang indah di alam semesta ini .

Senin, 17 September 2012

KEBAHAGIAAN YANG ABADI





Bismillahirrahmani rahim,,,, !!
 Alhadulillah segala puji tentunya hanya milik Allah SWT, Sholawat dan salam tetap tercurah kepangkuan nabi Muhammad SAW, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga ahir jaman,,, !
Setiap manusia tentunya senag dan akan menginginkan yang namanya sebuah kebahagiaan. Tetapi dimanakah letak kebahagiaan itu ? atau sudahkah diri kita mendapatkan kebahagiaan tersebut ?,,??
Sebagai muslim sejati tentunya sudah memiliki petunjuk jalan kearah sana dan bahkan petunjuk ini merupakan kebenaran yang hakiki yang tidak ada keraguan dan kebohongan pada petunjuk itu. Al-Qur'an yang merupakan sebagai pedoman hidup seorang muslim tentunya sudah merasakan kebahagiaan itu walaupun itu kecil di dunia ini. Yang menjadi pertanyaannya sejauhmana kita melihat dan megikuti petunjuk tersebut dalam kehidupan kita.
Allah berfirman dalam Al-Qur'an : Yunus ayat 26

Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.

Alangkah indahnya ahir dari hidup mereka tiada satu detikpun yang mereka rasakan selain dari kenikmatan dan kebahagian dari sang pencitanya. Inilah yang tentunya yang kita cari dan berusaha untuk mendapatkannya dengan dasar kecintaan pada Allah .



Rabu, 30 Mei 2012

Konsep Lingkungan, Manajemen, Pengaruh Lingkungan Terhadap Siswa


A.                  Konsep Lingkungan sekolah

Lingkungan Sekolah yang kondusif sangat diperlukan agar tercipta proses pembelajaran yang bermutu. Pemberian pengetahuan dan pembentukan kesadaran tentang perilaku hidup bersih dan sehat dirasa sangat efektif ketika dilakukan pada siswa  sejak di bangku sekolah dasar.Diharapkan ketika berada di luar lingkungan sekolah, mampu menerapkan hidup bersih dan sehat seperti saat di sekolahnya.[1]
Tentu kita harus mengetahui bahwa sanya lingkungan sekolah dan budaya pendidikansekolah. Tatkala berbicara lingkunga sekolah ini merupaka diluar dari budaya pembelajaran yang merupakan faktor ekternal yang akan membangun budaya yang baik pula.
Sehingga jika lingkungan hidup disekolah kita bangun denga susana yang alami, islami dan ilmiah, ini tentunya yang akan membangun budaya jujur, kompak, ramah, cinta kakan ilmu disebuah sekolah yang  disana melakuakn proses transper nilai, sikap, dan perbuatan yang akan diberikan kepada peseta didik. Ini sangat berbea dengan sebuah perusahan yang disana sudah yang yang lebih dibangun dalah budaya kerja yang efektif bagi kariawan dan atasan.
Sehingga standar pengelolaan PLH disekolah  pada pendidikan dasar dan menengah pada hakekatnya belum ada. Hal ini dapat diketahui berdasarkan hasil observasi langsung pada sekolah, implementasi PLH di sekolah dapat dibuat untuk membentuk pola pengembangan PLH pada pendidikan dasar dan menengah dalam mewujudkan sekolah berbudaya lingkungan. Hal ini dapat dilakukan melalui upaya-upaya sebagai berikut berikut:[2]

Adanya Manajemen PLH di Sekolah

            Manajemen PLH di sekolah dapat dilakukan dengan mengacu pada prinsip dan elemen ISO 14.001 yang meliputi Plan, Do, Check, dan Action. Hal ini juga sejalan dengan peningkatan pengelolaan sekolah (School Based Manajemen) dalam meningkatkan mutu pengelolaan sekolah secara mandiri. Sedangkan prinsip dan elemen pelaksanaan pengelolaan PLH di sekolah dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

1.      Kebijakan PLH di sekolah
            Menurut SML – ISO 14001, kebijakan lingkungan adalah pernyataan oleh organisasi tentang keinginan dan prinsip-prinsipnya berkaitan dengan kinerja lingkungan secara keseluruhan yang memberikan kerangka untuk tindakan dan untuk penentuan sasaran dan target (objectives and targets). Menejemen puncak, dalam hal ini kepala sekolah, menetapkan kebijakan pendidikan lingkungan hidup sekolah, struktur dan tanggung jawab.

2.      Perencanaan (plan)
            Dalam melakukan perencanaan pengelolaan lingkungan di sekolah diperlukan identifikasi aspek lingkungan, identifikasi peraturan perundang-undangan, penetapan tujuan dan sasaran lingkungan sekolah serta penetapan program lingkungan untuk pencapaiannya.

3.      Pelaksanaan (do)
            Untuk menerapkan (do) PLH pada sistem ini, organisasi mengembangkan kemampuan dan mekanisme yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan, dan sasaran PLH di sekolah. Mekanisme prinsip penerapan yang dibangun seperti disyaratkan, terdiri dari tujuh elemen, yaitu: (1) struktur dan tanggungjawab; (2) pelatihan, kepedulian dan kompetensi, (3) komunikasi; (4) dokumentasi dan pengendaliannya; (5) kesiagaan dan tanggap darurat.

4.      Pemeriksaan dan Tindakan Perbaikan
            Pemeriksaan dan tindakan koreksi dilaksanakan oleh organisasi untuk mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja lingkungan sekolah. Prinsip pemeriksaan dan tindakan koreksi terdiri dari empat elemen, yaitu: pemantauan dan pengukuran, ketidaksesuaian, tindakan koreksi/pencegahan, rekaman, dan audit SML.

5.      Tinjauan Ulang Manajemen
            Hasil dari proses pemeriksaan dan tindakan koreksi tersebut dijadikan masukan bagi manajemen dalam menerapkan prinsip pengkajian dan penyempurnaan, yaitu berupa kajian ulang manajemen yang dilaksanakan organisasi setiap enam bulan/ satu tahun sekali, atau bila dianggap perlu.

Adanya Kinerja PLH di Sekolah

            Kinerja Pendidikan Lingkungan Hidup di sekolah dapat diukur melalui pengintegrasian materi lingkungan hidup dalam kegiatan:

1.      Kurikulum
Pengintegrasian PLH dalam kegiatan kurikuler mempunyai arti bahwa PLH tidak merupakan suatu mata pelajaran/bidang keahlian baru tetapi materi lingkungan hidup terintegrasi ke dalam mata pelajaran atau program yang relevan atau sesuai. Cara mengintegrasikan PLH dalam kegiatan kurikuler dimulai dari menganalisis kemampuan/sub kemampuan setiap bidang keahlian/program keahlian sampai menghasilkan suatu materi kejuruan yang berkaitan dengan materi lingkungan hidup. Kegiatan ini dilakukan agar siswa mempunyai kompetensi atau sikap profesional sesuai bidang keahlian yang dimilikinya dan sejalan dengan tuntutan pembangunan yang berkelanjutan.

2.      Ekstrakurikuler
            Kegiatan ekstrakurikuler seperti 7 K yang mencakup keamanan, ketertiban, kebersihan, keindahan, kekeluargaan, kerindangan, dan kesehatan merupakan suatu wadah yang dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan materi lingkungan kepada siswa dalam kegiatan konkret. Kegiatan konkret tersebut dapat dilakukan pada perayaan hari internasional, nasional, dan lokal dengan membahas masalah lingkungan global, nasional dan lokal yang sedang terjadi, gerakan kebersihan lingkungan sekolah, pasar, perumahan, gerakan penggunaan sepeda, jalan kaki, bus umum, lomba karya ilmia, kampanye lingkungan, dan lain sebagainya sesuai kebutuhan dan kondisi lingkungan sekolah dan masyarakat. Pelaksanaan pengintegrasian materi lingkungan hidup pada kegiatan ektrakurikuler dapat memilih metode dan media sesuai dengan kondisi lapangan. Kegiatan ini diarahkan untuk membentuk sikap dan perilaku siswa dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.

3.      Penampilan Sekolah
            Dalam mewujudkan sekolah berbudaya lingkungan (sekolah yang menanamkan nilai-nilai lingkungan hidup kepada seluruh warga dan masyarakat sekitarnya) dapat dikembangkan untuk mengantisipasi berbagai macam persoalan lingkungan, khususnya kegiatan yang memiliki dampak atau akibat aktivitas kegiatan belajar mengajar yang ada di sekolah.  Penampilan sekolah berbudaya lingkungan secara umum dapat dinilai dari adanya : 1) Penerapan hemat energi 2) Manajemen/ pengelolaan pemisahan sampah 3) Pengelolaan air bersih dan kotor 4) Pengelolaan emisi/ gas buang 5) Penghijauan 6) dll.

4.      Sikap dan perilaku warga sekolah
            Sikap dan perilaku warga sekolah terhadap lingkungan hidup merupakan nilai yang paling penting dalam mewujudkan Sekolah Berbudaya Lingkungan. Pelaksanaan PLH disekolah mempunyai sasaran meningkatkan kepedulian seluruh warga sekolah (kepala dan wakil sekolah, tenaga administrasi, guru, dan siswa) terhadap lingkungan. Standar penilaian dapat dibuat sesuai kebutuhan sekolah. Sebagai contoh untuk menilai sikap dan perilaku siswa dengan kategori baik atau jelek dapat dilihat dari penampilan kelasnya. Jika kelas siswa kelihatan kotor, apakah akibat banyak kertas berserakan dan banyak coretan di dinding, kelasnya dapat dinilai bahwa siswa tersebut belum memiliki kepedulian terhadap lingkungan. Demikian juga bagi guru, tenaga administrasi, dan kepala sekolah dapat dinilai dari ruang kerja masing-masing unit. Sedangkan mengukur keberhasilan (sikap dan perilaku) sekolah dalam mewujudkan SBL dapat dinilai seluruh unsur (warga) yang ada di sekolah[3]
 Dengan kebijaksanaan yang dilakukan diatas yang akan mejadikan dan membentuk budaya dalam sekolah yang akan menjadikan keadaan sekolah yang aman, tertib dan terbangun lingkungan yang tentram. Tatkala kita berbicara budaya dalam sebuah sekolah tanpa adanya wajah atau tampilan lingkungan sekolah yang bersih dan nyaman ini bagaimana kita bisa katakan budaya itu dan prilaku siswa tersebut dapat dikatakan baik. Wajah atau tampilan sekolahlah sebagai salah satu cara penilaian yang dapat dilakukan terhadap tingkah laku dan budaya sekolah baik atau jeleknya dalam sekolah tersebut.
Demikian juga tehadap budaya sekolah yang  islami. Setelah terbentuknya lingkungan sekolah yang aman tentram dan tertib ini, yang akan membetuk budaya sekolah yang kompak, jujur, simpati dan ramah serta berjiwa kerja sama seluruh warga sekolah. Dalam menunjang dan peningkatan pendidikan sekolah. Maka dapat dikatan tanpa adanya lingkunya sekolah yang nayaman dan bersih, tertib, serta tentram maka budaya pendidikan yang nyaman dan baik juga sulit dibentuk dalam sebuah sekolah karna keadaan lingkungan sekolah  itu sanga mempengaruhi sikap dan tingkah laku warga sekolah.

B.      Pengaruh lingkungan terhadap siswa
Berbicara tentang pengaruh lingkungan sekolah terhadap siswa tentu sangat kuat pengaruh lingkungan terhadap siswa baik itu nantiakan meningkatkan mutu dan semangat belajar siswa ataupun malah sebaliknya yang akan menjadikanmurid tidak memeliki semangat dan kemauan dalm belajar. Oleh karena itu disilah sekolah itu membantuk atau mendesain lingkungan sekolah membentuk budaya yang alami, ilmiah dan islami. Dan tentunya juga lingkungan yang aman tertib dan indah. Sehingga peran lingkungan ini terarah dan menjadi sebagai pendorong dan sebagai alat untuk mempengaruhi murid dalam mengikuti pembelajaran.
Sehingga lingkungan memberikan stimulasi kepada siswa untuk berkonsentrasi, menumbuhkan motivasi ataupun menumbuhkan sikap dan daya bersaing dengan teman-teman sebayanya.
Sehingga lingkungan sekolah juga sangat berpegaruh terhadap perkembangan anak didik dalam pertumbuhan fisik dan rohaninya. Dikarnakan waktu yang digunakan  seorang anak didik dalam menujang pendidikan dan mendpatkan ilmu pengetahuan berada pada sekolah yang dia tempati cukup lama dan melihat contoh yang akan ditiru dan dijadikan sebagai tauladannya.
Seperti diketahui bahwa kondisi belajar mengajar yang efekif adalah adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar. Minat belajar siswa sangat bergantung pada lingkungan belajar. Lingkungan belajar dalam konteks pendidikan mempunyai peranan penting yang besar dan strategis. Hal ini disebabkan karena lingkungan adalah tempat interaksi langsung dalam belajar oleh karena itu disini kami akan memberikan beberapa contoh kondisi lingkungan belajar yang efektif.
Contoh-contoh kondisi lingkungan belajar anak yang efektif:
1.                  Lingkungan yang menumbuhkan daya saing (kompetitif)
Lingkungan yang menumbukan daya saing (kompetitif) bagi akan menumbuhkan minat belajar untuk mendapatkan performa (tampilan) yang terbaik. Dengan adanya daya saing dari lingkungan, anak akan terpicu untuk belajar lebih giat.
Biasanya, ukuran keberhasilan siswa diambil dari nilai tertinggi yang ada. Jika nilai tertinggi disekolah tersebut rendah, dibandingkan dengan nilai di sekolah lain, bisa diartikan bahwa lingkungan sekolah tersebut kurang kompetitif. Yang menjadi masalahnya adalah, biasanya guru mengambil nilai berdasarkan rata-rata kelas. Sehingga, siswa yang terpintar disuatu sekolah belum tentu pintar di sekolah lain. Untuk menyiasati hal ini, diharapkan kepada guru untuk menumbuhkan jiwa kompetisi kepada siswanya.
2.                  Lingkungan yang aman, nyaman dan kondusif.
Lingkungan yang aman, nyaman dan kondusif juga sangat mempengaruhi minat belajar siswa. Bahkan dalam sebuah penelitian, penggunaan cat dalam lingkungan kelas mempengaruhi minat dan konsentrasi siswa. Lingkungan yang bebas dari kebisingan, tempat belajar yang baik dan didukung peralatan yang memadai akan mempengaruhi minat siswa dalam belajar.

3.                  Lingkungan yang memberikan stimulasi dan menumbuhkan kreasi.
Lingkungan yang kaya dengan stimulasi akan menumbuhkan minat yang besar pada siswa. Dengan besarnya stimulasi dari lingkungan, siswa akan merespon stimulasi tersebut dengan menciptakan sesuatu yang berbeda. Lingkungan sekolah yang mempunyai kegiatan ekstrakurikuler yang banyak misalnya, akan mengeksplorasi minat/bakat siswa sesuai dengan keinginannya. Jadi minat siswa akan tersalurkan pada kegiatan-kegiatan sekolah yang ada dan sesuai. Stimulasi yang positif dan banyak dari lingkungan, akan memperkaya siswa untuk menumbuhkan kreasi yang beragam.[4]

C.                  Manajemen Lingkungan

1.                  Tujuan manajemen lingkungan sekolah
Beberapa manfaat yang bisa diambil dari upaya pengembangan manajemen sekolah diantaranya :
a.    Menjamin kualitas kerja yang lebih baik
b.    Membuka seluruh jaringan komunikasi dari segala jenis dan level baik komunikasi vertikal maupun horizontal
c.    Lebih terbuka dan transparan
d.   Menciptakan kebersamaan dan rasa saling memiliki yang tinggi
e.    Meningkatkan solidaritas dan rasa kekeluargaan
f.     Jika menemukan kesalahan akan segera dapat diperbaiki
g.    Dapat beradaptasi dengan baik terhadap perkembangan IPTEK

     2.  Prinsip-prinsip manajemen lingkungan dan budaya sekolah.
Pengetahuan dan kesopanan para personil sekolah yang disertai dengan kemampuan untuk memperoleh kepercayaan dari siapa saja akan memberikan kesan yang meyakinkan bagi orang lain. Dimensi ini menuntut para guru, staf dan kepala sekolah tarmpil, profesional dan terlatih dalam memainkan perannya memenuhi tuntutan dan kebutuhan siswa, orang tua dan masyarakat.
Upaya pengembangan budaya sekolah seharusnya mengacu kepada beberapa prinsip berikut ini.[5]
a.      Berpedoman pada Visi, Misi dan Tujuan Sekolah.
Pengembangan budaya sekolah harus senantiasa sejalan dengan visi, misi dan tujuan sekolah. Fungsi visi, misi, dan tujuan sekolah adalah mengarahkan pengembangan budaya sekolah. Visi tentang keunggulan mutu misalnya, harus disertai dengan program-program yang nyata mengenai penciptaan budaya sekolah.

b.      Penciptaan Komunikasi Formal dan Informal.
            Komunikasi merupakan dasar bagi koordinasi dalam sekolah, termasuk dalam menyampaikan pesan-pesan pentingnya budaya sekolah. Komunikasi informal sama pentingnya dengan komunikasi formal. Dengan demikian kedua jalur komunikasi tersebut perlu digunakan dalam menyampaikan pesan secara efektif dan efisien.

c.       Inovatif dan Bersedia Mengambil Resiko.
Salah satu dimensi budaya organisasi adalah inovasi dan kesediaan mengambil resiko. Setiap perubahan budaya sekolah menyebabkan adanya resiko yang harus diterima khususnya bagi para pembaharu. Ketakutan akan resiko menyebabkan kurang beraninya seorang pemimpin mengambil sikap dan keputusan dalam waktu cepat.[6]

d.      Memiliki Strategi yang Jelas.
Pengembangan budaya sekolah perlu di landasi oleh strategi dan program. Startegi mencakup cara-cara yang ditempuh sedangkan program menyangkut kegiatan operasional yang perlu dilakukan. Strategi dan program merupakan dua hal yang selalu berkaitan.

e.      Berorientasi pada Kinerja.
Pengembangan budaya sekolah perlu diarahkan pada sasaran yang dapat diukur. Sasaran yang dapat diukur akan mempermudah pengukuran capaian kinerja dari suatu sekolah.

f.        Sistem Evaluasi yang Jelas.
Untuk mengetahui kinerja pengembangan budaya sekolah perlu dilakukan evaluasi secara rutin dan bertahap: jangka pendek, sedang, dan jangka panjang. Karena itu perlu dikembangkan sistem evaluasi terutama dalam hal: kapan evaluasi dilakukan, siapa yang melakukan dan mekanisme tindak lanjut yang harus dilakukan.

g.      Memiliki Komitmen yang Kuat.
Komitmen dari pimpinan dan warga sekolah sangat menentukan implementasi program-program pengembangan budaya sekolah. Banyak bukti menunjukkan bahwa komitmen yang lemah terutama dari pimpinan menyebabkan program-program tidak terlaksana dengan baik.

h.      Keputusan Berdasarkan Kesepakatan
Ciri budaya organisasi yang positif adalah pengambilan keputusan partisipatif yang berujung pada pengambilan keputusan bersama. Meskipun hal itu tergantung pada situasi keputusan, namun pada umumnya kesepakatan dapat meningkatkan komitmen anggota organisasi dalam melaksanakan keputusan tersebut.[7]

i.        Sistem Imbalan yang Jelas.
Pengembangan budaya sekolah hendaknya disertai dengan sistem imbalan meskipun tidak selalu dalam bentuk barang atau uang. Bentuk lainnya adalah penghargaan atau kredit poin terutama bagi siswa yang menunjukkan perilaku positif yang sejalan dengan pengembangan budaya sekolah.

j.      Evaluasi Diri
Evaluasi diri merupakan salah satu alat untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi di sekolah. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan curah pendapat atau menggunakan skala penilaian diri. Kepala sekolah dapat mengembangkan metode penilaian diri yang berguna bagi pengembangan budaya sekolah

 

Kesimpulan


Berbicara masalah lingkungan tentunya kita akan sangat bergantung padanya, begitu juga lingkungan sebuah sekolah  akan sangat jelas begitu siknifikan pengaruhnya dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Seiring dengan itu maka adanya konsep lingkungan sekolah dan manajemen lingkungan sekolah yang akan mendukung keberhasilan tercapainya tujuan sekolah tersebut.
Oleh karena itu, sekolah haruss memiliki kebijakan tertentu dalam pengelolaan lingkungannya dari dari penerapan 7 K mulai dari ketertiban, kebersihan, kerapian, keindahan dan yang lainnya serta mendidik anak didiknya peka terhadap kebersiha sekolah dan pengelolaan sampah- sampah yang ada di sekolah yang berbentuk organik maupun anorganik.
Dan melakukan rangcangan aksi manajemen lingkungan dengan menanam bunga dan tanaman yang bagus disekitar sekolah, membuat taman bunga didepan maupun di sekeliling kelas atau membuat bunga pot di dalam kelas secukup mungkin.




Daftar Pustaka

http://www.menlh.go.id/ekolabelsml/sml/index.php?option=content&task=view&id=20&Itemid=22 Mei 2006

http://www.pengelolaan+ lingkungan+di+sekolah.com


http://www.wikipedia.com/·diakses 18 Maret 2012.


[1] http://www.menlh.go.id/ekolabel-sml/sml/index.php?option=content&task=view&id=20&Itemid=22 Mei 2006
[2] http://www.pengelolaan+ lingkungan+di+sekolah.com
[3] http://www.dqschile.com/futuretense_cs/dqs/files/Grafiken/UMS_Baum_Eng.gif

[4] http://www.psychologymania.com/2012/04/pengaruh-lingkungan-belajar-terhadap.html
5.http:/www.google.com.diakses 17 Maret 2012.Budaya Sekolah Dalam Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah.
[6] Sudrajat, A.2010. Pengembangan Budaya Sekolah.http:/www.google.com.diakses 17 Maret 2012.
[7] http://www.wikipedia.com/·diakses 18 Maret 2012.